Loading...
Indera7.Com - Ragam pengalaman kerap dialami masyarakat tatkala menggunakan moda transportasi Kereta Rel Listrik (KRL) Commurter Line.
Pengalaman-pengalaman ini terutama menimpa karyawan yang acapkali merasakan berjibaku dan berdesak-desakan saat jam sibuk, baik berangkat maupun pulang kerja.
Seperti pengalaman netizen pengguna akun jejaring sosial Twitter @ag****a23 yang dirangkum dan dijadikan kultwit oleh akun @ComlineJkt pada Jumat 21 April 2017.
Dalam peristiwa tersebut, seorang perempuan mengalami hal 'mengerikan' setelah berdesak-desakan di gerbong KRL yang memang dikhususkan untuk para kaum hawa.
Betapa tidak mengerikan, hal ini menimpa tali kutang yang dikenakan netizen tersebut saat berimpitan di gerbong KRL.
Berikut cerita selengkapnya:
Ini cerita tentang tragedi, kisah yang menyedihkan, nasib buruk. Ya sesekali #satuharisatucerita cerita tentang kesedihan ya.
Tidak perlu nangis, lebai itu. Soalnya dalam kesedihan ini ada yang lucu, komikal. Mungkin tepatnya tragikomik ya ini cerita.
Tragikomik ini masih tetap terkait dengan krl. #satuharisatucerita tentu terkait dngan krl, krna akun ini, paling tidak pengguna krl.
Ini kejadian dicatat di Kamis, 6 April 2017, sebetulnya kejadian yang ketiga kalinya, yang sempat diingat dan dicatat dengan baik.
Pagi itu, sebetulnya masih tergolong pagi, 6:30an, tapi pnp di Sta Klender Baru sudah ramai. Sejak jadwal baru, rasanya pnp makin penuh.
Sebelum ada perubahan jadwal, jadwal jam segini masih mudah untuk masuk ke rangkaian. Pagi ini announcer bilang: ada gangguan di Bekasi.
Pantas. Bukan hanya perubahan jadwal yang baru berjalan 4 hari, tetapi juga ada gangguan. Ya semi pasrah sebetulnya.
Meski baru dua tiga tahun aku naik krl, tapi sudah biasa kalau padet pepes aku gak maksain masuk. Biarlah. Masih ada krl akan lewat.
Tapi pagi itu pintu terbuka persis di depan tempatku berdiri. Pun tidak ingin masuk, aku terdorong orang-orang yang bersegera. Kebawa.
Ya kebawa aja rasanya. Gak niat ikut, tapi ternyata badanku ada di dalam krl. Pikiranku sih ke sana kemari. Intinya menyesal.
Beneran pepes deh. Kaki ada dimana, itu pun hanya satu yang menginjak lantai. Badan condong kemana, tangan di mana, tas di mana.
Bagi pnp @jalurbekasi atau @jalurbogor sudah pasti pernah mengalamani keadaan pepes begitu. Ada yang belum pernah?
Aku tetap fokus. Takut ada copet. Meski copet gak mungkin beraksi dalam rangkaian penuh begini. Tapi aku tetep fokus.
Dompet dan hape masuk saku dalam jaket. Aman rasanya. Tas tangan isi satu dua dokumen kantor yg tidak terlalu penting. Ada bekal sih.
Sebelah ibuk-ibuk yang mungkin belum biasa naik krl. Tangannya tidak turun di samping badan, tapi tertekuk lengannya. Ada sialnya.
Sikunya tepat di dadaku. Aduh. Meski okaylah, ibuk-ibuk ini. Aku juga harus punya solider di rangkaian yang pepes begini. Sakit sih.
Jika ada yang komentar: kenapa gak menghindar. Yailah, belum pernah dalam keadaan pepes ya? Udah gak bs gerak sama sekali. Sama sekali.
Belakangku pnp yang bawa tas di dadanya. Tas itu ada bagian yang keras dan bagian itu terasa mendesak di punggungku. Depan belakang.
Krl jalan normal. Masuk Sta Buaran dan Klender bahkan itu pintu tidak bisa dibuka saking padatnya. Beneran pepes. 10 menit itu.
Di JTG ada pergerakan sedikit, tapi tak mengurangi kepadatan. Punggung masih kedorong tas, dada sudah lumayan. Tangan melindungi dada.
Keadaan baru lumayan di MRI, banyak yang turun. Itu 20-25 menit sejak aku terbawa naik. Lega dikit. Tak ada yg mendesak depan belakang.
Longgar. Berdiri sempet geser-geser dikit. Eh apa ini kok terasa longgar. Di dada. Iya longgar banget. Tuing. Langsung inget.
Tali bra kendor!!! Panik sedikit dan sekilas saja. Mungkin krn keasyikan longgar berdirinya. Ini terasa tidak ada yg mengekang. Longgar.
Aku bukan orang yang mudah panik. Apalagi cuma soal bra kendor. Aku masih pakai jaket. Amanlah dari incaran mata jalang.
Lepas Juanda aku dapat duduk. Aku turun nanti di Sta Kota. Dari stasiun jalan kaki saja ke kantor. Deket kok.
Kebiasaan pagi, sampai kantor ya pasti ke toilet dulu. Pipis udah pasti dan pulas-pulas muka, monyongin bibir deh. Cewe khan ya begitu.
Tapi pagi itu tambah kerjaan. Aku cek bra. Bener braku lepas kaitnya. Pantas longgar. Bukan cuma lepas teryata, kaitnya patah!
Iya, kait yang dari besi tipis kecil itu, patah. Pantas aja gak bisa saling mengkait lagi. Sambil mikir gmna benahinnya ya?
Mau beli, ya mana ada toko buka belum jam delapan ini? Balik ke ruangan, aku ada akal. Staples, pengokot, itu alat yang aku cari.
Akhirnya dengan modal staples yang ukuran besar, bukan yang besar banget, tali bra itu aku satukan dengan staples. Tambah kencang :))
Tapi aman. Sampai sore tidak kepikiran lagi. Bra mengkait kuat. Yaialah, staples. Pdhal ya bukan bra yang murah, bermerk deh.
Hari itu aku twit tentang tragedi tali braku. Teman-teman deket nanya tragedi apa yang aku alami. Tapi semua ngakak dengan staples itu.
Malam sampai rumah aku ambil gambar bukti tragedi 'tali kutang'. Buat kenangan. Meski ini bukan yang pertama. Tiga kali jk tidak salah.
Tapi baru kali ini aku harus melakukan reparasi. Biasanya ya paling copot dan tidak saling kait. Benahi, beres.
Ini cerita dari @ag****a23 yg terkena tragedi. Bibin nyusun ceritanya menjadi #satuharisatucerita. Demi kepantasan, fotonya disensor.
Ciao RU, Bibin turun. Sampai besok.
http://www.tribunnews.com