-->
Purchase Structured Settlements Mesothelioma Lawyers San Diego Secured Loan Calculator Structured Settlement Investments Endowment Selling Mesothelioma Patients Mesothelioma attorney san diego Austin Texas dwi lawyers New York Mesothelioma Lawyers Phoenix dui lawyers Secured Loans Insurance Auto Phoenix dui attorney car free insurance online quote students debt consolidation loans Pennsylvania mesothelioma lawyers data recovery Denver adverse credit remortgages bad credit remortgages data recovery service los angeles Consolidating Students Loan Students Loan Consolidation Rates Boston dui lawyers memphis car insurance conference calling companies dui attornes los angeles georgia car accident lawyers san diego dui defense Phoenix arizona dui lawyers Los angeles dwi attorneys Student Consolidation Loans free quote for car insurance irs tax lawyers nj auto insurance dui san diego Los Angeles Criminal Defense Attorney Consolidating Private Student Loans Personal Injury Lawyer Chicago Personal Injury Attorney Pennsylvania Auto Insurance Lemon Law California Students loan consolidation interest rates Los Angeles Criminal Attorney Arizona dui Attorney – Consolidation Student Loan Structured Settlement Buyers Culinary Schools California Student Consolidation Loan Instant Car Insurance Quote Iva debt help UK home owner loan endowment policy sales sell structured Insurance settlements College Loan Consolidation dui attorney sacramento car insurance quotes Philadelphia personal injury lawyers Remortgaging irs tax attorney Consolidation Student Loan buyer Structured Settlement california mesotheloma attorney home mortgages for bad credit selling structured settlements phoenix dui lawyers sell structured settlement payments Donate your car Student loan consolidation Consolidate School Loans Injury Lawyers 4 You homeowner consolidation loans Colorado Truck Accident Lawyers Mesothelioma doctor School Loan Consolidation dui attorney San Francisco ny car insurance Mortgage refinance new jersey Structured settlement payments Car Insurance Texas Virginia Car accidents Lawyers Raid Data Recovery Services College loan consolidation compare car insurance rates Break down covers Remortgages Loan Austin Criminal Attorney Car Insurance Quotes online Structured Settlement Consumer Info Arizona dui lawyers eloan mortgage Consolidation of Student Loan Student Loan Consolidation Calculator Injury Lawyers 4 You Managed Hosting Services Bad Credit Home Equity Los Angeles Criminal Attorneys Home improvement loan rates auto insurance in Michigan dwi fort worth Structured Settlement Companies

Moms, Jangan Biarkan Anakmu Kecanduan Main Gadget! Belajarlah dari Kisah Shafraan

Loading...
Loading...
Indera7.Com - Beberapa hari ini di media sosial berseliweran postingan dari seorang ibu yang menyebut dirinya sebagai Ummu Shafraan. Ia membagikan pengalaman anaknya, Shafraan, yang sempat kecanduan main gadget. Dengan berbagai usaha, akhirnya si ibu berhasil membebaskan Shafraan dari kecanduan main gadget.


Lantaran masalah ini rupanya banyak dialami oleh keluarga di Indonesia pada umumnya, terutama keluarga muda, postingan ibu yang menuliskan postingannya di Manado pada 4 Agustus 2016 ini, langsung menjadi viral. Ini tak lain karena banyak orangtua yang kebingungan mencari cara agar anaknya terbebas dari kecanduan gadget. Berikut ini curahan hati Ummu Shafraan:



Awal perkenalan dengan gadget pas Shafraan umur 10 bulan. Awalnya terbiasa liat kakak kakaknya main game di tab. Dari sekedar jadi penonton lama kelamaan dia jadi tertarik untuk mencoba.

Seiring bertambahnya usia, gadget merupakan barang yang tidak bisa terpisahkan dalam kesehariannya. Bermain berbagai jenis game bisa sampai berjam-jam bahkan game bagaikan lagu nina bobo buat dia. Pokoknya main game dulu baru bisa tidur.Dan itu berlangsung setiap hari.

Awalnya saya membiarkan. Saya memberikan. Saya memfasilitasi. Karena bagi saya gadget adalah senjata ampuh saya untuk menenangkan dia. Saat dia marah dan menangis saya pasti akan membujuknya dengan bermain game. Dan memang dia akan langsung tenang.

Di umurnya yang ke-2 tahun sebenarnya saya sudah melihat tanda tanda ke’kaku’an dari caranya berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Contohnya saja bagaimana dia merespons permainan manual (mobil-mobilan, pesawat, dan jenis permainan lain yang dia punya).

Pernah sekali saya mendapati dia hanya memegang mobil-mobilannya sambil diam saja. Tidak ada gerakan layaknya seorang anak laki-laki yang diberi mobil-mobilan yang pasti sudah memainkannya sambil meniru suara mobil. Dia kebingungan tebak saya. Karena selama ini dia hanya terbiasa menggerakkan jari-jarinya mengikuti alur permainan dari dalam gadgetnya.

Keanehan lainnya dan yang paling mengkhawatirkan adalah kurangnya kosakata yang bisa dia ucapkan. Padahal anak-anak seumuran dia seharusnya sudah bisa berbicara dengan kosakata yg lebih variatif.


Dalam hati, saya sudah waswas…khawatir dengan perkembangan anak lelaki semata wayang saya. Sempat konsultasi dengan dokter anak mengenai adakah hubungan antara riwayat alergi tinggi yang di derita Shafraan dengan kondisinya ini.

Dan jawabannya adalah tidak ada. Kemungkinan besar pengaruhnya adalah kurangnya interaksi dari orangtua dan anggota keluarga yang kurang berkomunikasi atau menstimulasi Shafraan agar memperbanyak kosakatanya.

Dan hati kecil saya berbisik, gadget-lah penyebabnya. Sejak saat itu saya mulai membatasi penggunaan gadget di rumah. Seringkali saya mesti kewalahan menghadapi tantrumnya Shafraan karena saya berkeras tidak memberikan gadget ke dia.

Dia ngamuk, nangis, melempar semua barang ke arah saya dan siapa saja yg ada di dekatnya, termasuk kakak-kakaknya. Dia susah makan, susah tidur dan rewel. Sangat rewel. Itu berlangsung sekitar 3 hari. Dan pada akhirnya kasihan. Itulah alasan akhirnya saya memberikan lagi gadget ke dia. Dan keadaan rumah jadi tenang kembali.

Puncaknya sekitar 2 bulan yang lalu saya ke RS buat imunisasi si debay Raisha. Ketemu sama dokter di bagian tumbuh kembang anak yang komunikatif sekali. Semua permasalahan kami konsultasikan termasuk bertanya tentang kondisi Shafraan. Akhirnya dokter coba mengetes motorik halusnya. Dan hasilnya semua stimulator bisa Shafraan buat dan pertanyaan dari dokter bisa dia jawab walaupun kata-katanya belum terlalu jelas.

Alhamdulillah berarti Shafraan normal-normal saja. Mungkin hanya masalah waktu saja sampai dia bisa bicara dengan jelas karena setahu saya anak laki-laki memang agak lambat soal masalah bicara dibanding anak perempuan. Begitu pikir saya.

Tapi ternyata dokter punya diagnosa lain. Menurut dokter, Shafraan sekarang dalam kondisi speech delay atau keterlambatan bicara. Tidak tanggung-tanggung perkembangan bicara Shafraan terlambat 1 tahun dari umurnya yang sudah 3 tahun 4 bulan waktu itu.

Speech delay adalah istilah yang dipergunakan untuk mendeskripsikan adanya hambatan pada kemampuan bicara dan perkembangan bahasa pada anak-anak, tanpa disertai keterlambatan aspek perkembangan lainnya.

Pada umumnya mereka mempunyai perkembangan intelegensi dan sosial-emosional yang normal. Menurut penelitian, problem ini terjadi atau dialami 5 sampai 10% anak-anak usia prasekolah dan lebih cenderung dialami oleh anak laki-laki daripada perempuan. Dokter menganjurkan agar Shafraan ikut Terapi Okupasi/Sensori Integrasi untuk menstimulasi kemampuan bahasa dan kosakatanya. Setelah itu, baru dilanjutkan ke Terapi Wicara.

Ya Allah, pernyataan dari dokter itu bagaikan guntur di siang bolong. Baru saya sadar sayalah penyebab Shafraan jadi begini. Saya tidak mau direpotkan dengan suara tangisan atau rengekannya. Saya tidak mau melihat rumah berantakan karena mainannya. Saya tidak mau repot. Saya tidak mau capek. Saya EGOIS. Itulah kesalahan terbesar saya sebagai seorang ibu.

Dan, baru sekarang mata saya terbuka lebar tentang kondisi anak saya. Bagaimana bisa saya tidak peduli pada hal ini selama bertahun-tahun? Bagaimana bisa saya menyia-nyiakan masa-masa emas pertumbuhannya dengan menyibukkannya dengan gadget yang jelas-jelas tidak ada gunanya selain kesenangan sementara?


Menyesal, sangat menyesal. Seandainya waktu bisa diulang kembali pasti saya tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengajarkan dia berbicara. Namun nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan pun tiada guna. Satu yang pasti adalah bagaimana cara memperbaiki kondisi anak saya.

Setelah berdiskusi dengan suami kami sepakat bahwa kami tidak akan mengikutsertkan Shafraan dalam terapi itu. Kenapa? Karena kami percaya bahwa anak kami bisa dan akan bisa berbicara seperti anak-anak sebayanya. Dan karena ini adalah sepenuhnya kesalahan kami sebagai orangtua khususnya saya sebagai ibunya, maka kamilah yang akan bertanggungjawab sepenuhnya tanpa campur tangan oranglain.

Sejak hari itu penggunaan gadget ditiadakan. Awalnya dia nangis sambil minta tab tapi dengan tegas saya bilang tab rusak. Besoknya dia minta lagi. Tetap saya bilang rusak. Selama kurang lebih seminggu dia masih sering meminta. Tapi alhamdulillah akhirnya dia mulai lupa dengan rutinitasnya yang dulu dan mulai membuat kegiatan baru.

Entah itu lari-lari kecil di dalam rumah, menyusun mobil-mobilan, main pesawat, memanjat tempat jemuran baju saya, membongkar laci buku kakak-kakaknya, ngambil buku dan pensil trus mulai mencorat coret. Bosan dengan buku pindahlah dia corat coret ke dinding.

Hasilnya? Rumah tidak pernah bisa rapi. Mainan berantakan. Tapi ada kemajuan pesat pada diri Shafraan. Pembendaharaan katanya sudah lebih banyak. Bahkan sekarang dia sudah bisa bicara membentuk kalimat. Walaupun masih belum terlalu jelas tapi saya sudah sangat bersyukur dengan keadaannya sekarang.

Ini adalah pelajaran bagi saya sebagai orangtua. Kita sayang sama anak…orangtua mana yg tidak?
Tapi orangtua pun harus lebih cermat memilah mana yg bisa dan tidak sepatutnya diberikan kepada anak. Jangan sampai karena pola asuh kita bisa berdampak buruk bagi masa depan mereka.

Saya tidak melarang atau menghakimi orangtua yang masih memberikan gadget kepada anak-anaknya. Saya hanya berbagi pengalaman saja. Jangan sampai apa yang terjadi pada Shafraan terjadi pada anak-anak lain. Save our children from gadget. Biarkan mereka menikmati golden age mereka dengan cara alami karena belum waktunya mereka bersentuhan dengan canggihnya teknologi

Merasa artikel ini bermanfaat? Jangan ragu SHARE juga ke teman-temanmu. Membagikan informasi yang bermanfaat juga termasuk amal baikmu lho!
Untuk informasi menarik dan bermanfaat lainnya, LIKE fanspage kami, Orang Tua Teladan dan Wajib Baca.
Loading...
Loading...

Related Posts

Subscribe Our Newsletter